OPINI: PRILAKU ANAK VERSUS HUKUMAN SOSIAL YANG HILANG
Oleh: Ai Titin
Maraknya video prilaku anak zaman sekarang yang beredar di dunia maya
merupakan cermin lingkungan sosial masyarakat di akhir zaman. Anak-anak melakukan
beberapa aktivitas yang merugikan dirinya sendiri bahkan merugikan orang lain.
Mereka (para remaja) menganggap semua yang dilakukannya adalah suatu kewajaran
dan hal yang menantang sehingga tidak takut dengan hukuman sosial yang
diberikan oleh masyarakat. Sebagai contoh, mereka melakukan permainan skipchallenge yang dianggap lagi trend
sekarang ini. Anak di luar pantauan orang tua dan gurunya melakukan suatu
perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa dan anehnya lagi, anak yang
diperlakukan demikian itu merasa bangga bahkan memiliki pengalaman yang luar
biasa (sensasi) untuk mengulangnya lagi. Mengapa tidak ada sedikitpun rasa
takut atau bersalah dengan apa yang telah mereka lakukan? Lalu, apakah hukuman
sosial itu sekarang masih ada atau bahkan tidak ada sama sekali?
Hukuman sosial tidak
seperti hukuman konvensional yang dijatuhkan oleh hakim sebuah pengadilan tapi
bisa berupa cemoohan atau pengasingan terhadap pelakunya. Hukuman sosial ini
cenderung berupa norma adat yang berlaku dalam suatu masyarakat. Jika
masyarakat masih mempertahankan norma adat, prilakunya tidak akan jauh
melenceng dari adat masyarakat dan agama secara umum apalagi jika anak-anak
sudah dibekali tauhid sebagai landasan bersikapnya. Anak yang memiliki tauhid
dan aqidah yang kokoh niscaya memiliki prilaku yang baik apalagi didukung
dengan hukuman sosial sebagai controlling
yang berlaku di masyarakat.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak memiliki sikap
baik secara individu maupun sosial:
-
Ajarilah anak-anak untuk shalat dan mengenal Tuhannya. Bila
mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk
menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, Insya
Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut dan
prilaku cerminan seperti disiplin, toleransi dan saling menghormati
-
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan
dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan,
mengucapkan salam, dll. Begitu pula dengan akhlak, tanamkan kepada mereka
akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang
tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda,
serta beragam akhlaq lainnya.
-
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari
beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok,
judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada
orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya. Umumnya, akhlaq yang jelek itu
sesuai dengan syahwat dan hawa nafsu seseorang; sehingga seorang anak akan
melakukannya tanpa perlu disuruh atau susah-susah. Sebaliknya, akhlaq yang baik
itu membutuhkan latihan bagi jiwa serta pengendalian dari syahwat, yang merusak
dan merugikan jiwa. Akhlaq yang baik berarti mengikuti jalan yang bertentangan
dengan hawa nafsu, sehingga merupakan suatu proses yang membutuhkan usaha dan
perjuangan.
-
Bimbinglah anak ketika menyaksikan acara televisi,
ambil hikmahnya dan beri pengertian ketika ada tontonan yang sekiranya
bertentangan dengan norma dan agama. Biarkan mereka menikmati kesenangannya
tetapi harus tahu aturan dalam berprilaku di masyarakat. Acara televisi
biasanya sebagai pemicu bahkan dijadikan referensi oleh beberapa anak yang
tidak mendapat bimbingan orang tua sehingga orang tua harus punya komitmen dan
aturan yang jelas mengenai acara apa yang boleh ditonton anak-anak dan kapan
waktunya anak-anak mematikan televisi. Tanyalah anak tentang acara yang
disukainya lalu minta alasan kenapa dia suka acara tersebut, komunikasi semacam
ini harus lebih sering dilakukan terutama bagi anak-anak yang masih perlu
bimbingan. Jangan sekali-kali kita membuat larangan karena hanya akan membuat
anak menjadi ingin tahu dan bisa saja, di luar pantauan kita, dia secara
sembunyi-sembunyi menonton acara yang kita larang tersebut.
-
Pahami fitur-fitur
media sosial yang dimiliki oleh anak-anak. Orang tua tidak boleh “ketinggalan
zaman” dalam penguasaan media sosial. Sesekali periksa isi handphonenya dan komunikasikan dengan pasangan jika ada sesuatu
yang mencurigakan. Anak zaman sekarang banyak belajar dari media dibandingkan
dari gurunya di sekolah (terutama yang berhubungan dengan prilaku sosial) maka
seyogyanya kita harus tahu siapa temannya di dunia maya. Rasa “solidaritas” yang salah kaprah kadang menjadi
sumber ketidaktaatan anak-anak terhadap orang tua dan gurunya.
-
Bangun lingkungan yang baik, yang mendukung anak-anak untuk berprilaku baik,
lingkungan yang baik adalah lingkungan di mana perbuatan baik dipuji dan pelakunya
dimuliakan, sedangkan perbuatan buruk dan pelakunya dicela. Hukuman sosial yang
ada dalam lingkungan baik itu dapat menjadi barrier
(penghalang) agar anak-anak kita tidak ikut-ikutan dengan apa yang mereka lihat
atau dengar. Saat ini, lingkungan seperti ini sangat jarang kita temui. Namun, dengan usaha keras dan sungguh-sungguh
secara fisik, psikologis dan finansial, InsyaAllah kita mampu mewujudkan
lingkungan yang baik sehingga mampu menjauhkan anak-anak kita dari prilaku
buruk.
Semua itu
harus dilakukan oleh orang tua dengan kesadaran dan penuh kesabaran, dimanapun
kita berada, fungsinya harus sama yaitu memiliki kewajiban menciptakan
lingkungan yang baik sehingga generasi kita yang akan datang bukan generasi
yang ikut-ikutan dan tak memiliki tujuan hidup tetapi generasi Rabbani yaitu generasi yang sukses,
posisinya selalu ada dalam garis ajaran Islam dan mengajak orang lain
mendekatkan diri pada Alloh SWT***
Sumber:
Iyaaa bener banget ka, mendidik anak jaman sekarang kudu ekstra.beri pengawasan dan bekal yg kuat biar terhindar dari hal menyimpang.
BalasHapusSetujuuu
Hapus😆😆😆